10/31/12

SEJARAH BAND BLINK 182


Blink-182 adalah band beraliran pop punk yang berasal dari Poway, California. Blink 182 terbentuk tahun 1992 di Poway, California. Saat itu, Mark Hoppus baru saja mendapatkan bass baru dari ayahnya karena membantu mengecat rumah. Kemudian dengan perantara kakaknya Mark berkenalan dengan Tom DeLonge. Dengan keinginannya meng-impress Tom, Mark bela-belain lompat dari atap rumah sampai kakinya patah.

Mereka lalu mulai membuat lagu, tapi mereka baru sadar kalau butuh drumer. Maka bergabunglah Scott Raynor, lalu dinamailah BLINK. Saat itu, Tom baru 16 tahun, Mark 19 tahun dan Scott 17 tahun. Rekaman mereka yang pertama, FLYSWATTER, kualitasnya hancur sekali, karena direkam di kamar Tom cuma make tape-recorder . Album ini berisi 4 lagu dan hanya terdapat sekitar 50 copy saja yang kemudian diberikan kepada teman, pacar, kenalan,

Berkat perjuangan dan doa orang tua, akhirnya mereka mulai terkenal dan lagu-lagu mereka mulai dilirik label-label underground. Pada awalnya, band mereka makai nama Blink. Berhubung juga ada band techno asal Irlandia yang juga make nama Blink, jadi mereka tambahin angka 182 dibelakangnya, BLINK 182. Why 182? Why…? karena 182 adalah 182 kali umpetan F*** yang diucapkan Tony Montana di Scarface, tapi Mark bilang 182 cuma random number that sounds cool.

Pada tahun 1993 dengan Filter Record mereka merilis demo yang berjudul BUDDHA sebanyak 1000 copy. Di awal tahun 1994, Blink 182 menandatangani kontrak dengan Cargo Records. Mereka merekam debut album penuhnya, CHESHIRE CAT dalam tiga hari. Beberapa isi albumnya merupakan versi baru lagu Strings dan Carousel yang terdapat dalam album demo Buddha.

Tahun 1996 Blink 182 menandatangani kontrak dengan MCA yang kemudian berubah nama menjadi Geffen Records. Setelah pindah ke Encinitas, California, mereka merekam album DUDE RANCH pada 1996 dengan diproduseri Mark Trombino, yang dirilis setahun kemudian. Album ini terbilang sukses karena terjual sebanyak 4 juta copy di seluruh dunia. Single mereka Dammit berjaya di US modern rock charts.

Tur resmi pertama mereka dihiasi dengan kejadian tidak menyenangkan. Scott Raynor dikeluarin dari band karena drugs and alcohol habit-nya yang udah parah . Ketika mulai kebingungan mencari penggantinya Scoot, kebetulan saat itu Blink 182 tur dengan band pembuka namanya THE AQUABATS. Lalu drummer dari The Aquabats menawarkan dirinya untuk bergabung di band Blink 182. Drummer tersebut adalah Travis Barker.


Kesuksesan BLINK 182

Pada 1999, dalam proses pembuatan album ENEMA OF STATE, Blibk 182 mempekerjakan Jerry Finn sebagai produser. Album ini membawa Blink 182 ke dunia mainstream dengan hit single Whats My Age Again, All The Small Things dan Adams Song yang sering diputar di radio dan ditayangkan di MTV. Penjualannya mencapai 10 juta copy di seluruh dunia dan menjadi best selling album saat itu.Di tahun 2000 Blink 182 merilis album live berjudul THE MARK, TOM AND TRAVIS SHOW : THE ENEMA STRIKES BACK dengan isi materi dari tiga album sebelumnya dan tambahan lagu studio Man Overboard. Blink 182 melanjutkan kesuksesannya dengan merilis album TAKE OFF YOUR PANTS AND JACKET di tahun 2001.

Setelah menghabiskan waktu ditahun 2002, rekaman untuk album selanjutnya dimulai pada 18 Nopember 2003 dan menghasilkan hit single Feeling This, I Miss You, Down dan Im Lost Without You. Barker mengatakan Blink 182 sengaja membiarkan albumnya tanpa judul (beda dengan self-titled) untuk mewakili Blink 182 yang baru.

Bubarnya Blink 182

Di pertengahan Februari 2005, Blink 182 membatalkan performnya di Music For Reliefs Concert For South Asia, yang kemudian pada tanggal 22 Februari 2005 diumumkan bahwap embatalan tersebut dikarenakan Blink 182 akan vakum untuk sementara waktu. Geffen Records merilis GREATEST HITS pada 1 Nopember 2005 di US, di dalamnya termasuk unreleased track Another Girl Another Planet (sebuah cover song dari The Only Ones) dan bonus track Not Now. Banyak yang bilang kalau lagu Not Now itu lagu blink yang terbaru. Tapi itu Bulls**t! Asal tau saja, lagu Not Now itu udah direkam di album Blink 182 khusus untuk daerah UK!

Kabarnya tanggal 22 Februari 2005, Blink 182 resmi bubar. Tapi Who Know?? Pemicunya masalah lama antara Tom dengan Mark tentang Box Car Racer, dan keinginan Tom untuk lebih fokus dengan keluarganya. Tanggal 23 Mei 2006, Tom mengumumkan band barunya ANGEL AND AIRWAVES yang kemudian merilis album WE DONT NEED TO WHISPER. Lalu, Mark dan Travis juga membuat band +44 yang kemudian merilis album WHEN YOUR HEART STOPS BEATING pada 14 Nopember 2006.

Blink 182 Kembali lagi
Tepat hari ini Selasa 27 September 2011 album terbaru Blink 182, “Neighborhoods” akhirnya resmi dirilis. Nggak hanya sebuah pembuktian dari sebuah reuni, para personil Blink 182 menjadikan album ini sebagai titik di mana kekuatan mereka bertiga telah kembali. Kali ini memang nggak ada lagi lagu-lagu seperti All the Small Things dan The Rock Show. Tetapi di album ini mereka menyuguhkan sebuah pendewasaan dari musik Blink 182 yang memberikan pendengarnya sebuah pengalaman berbeda dari mereka bertiga.

Dari semua yang telah mereka lalui sebelumnya. Seperti Tom DeLonge yang sibuk dengan clothing line dan Angels & Airwaves, Mark Hoppus yang menjadi produser dan Travis Barker yang sibuk dengan banyak proyek musik sampingan, mereka sadar bahwa Blink 182 adalah kendaraan utama mereka.

“Ketika kami kembali membuat lagu bersama, saya dan personil lainnya merasakan jika Blink 182 adalah yang paling menyenangkan di antara semuanya. Membawa kami semua untuk menembus batasan waktu untuk mengingatkan kami yang beranjak dewasa,” ujarnya dalam sesi wawancara bersama PB Pulse.

“Setelah terpecah, masing-masing dari kami membangun rasa respek antara satu dan lainnya dan akhirnya kami bersatu kembali. Hal inilah yang membuat saya senang dan membuat Blink 182 kini lebih baik dan teratur. Ini adalah bentuk kembalinya kami bertiga dan kekuatan Blink 182 benar-benar telah kembali,” tambahnya lagi.

10/21/12

SEJARAH PESAREHAN GUNUNG KAWI



Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi dimulai pada tahun 1830, setelah Pangeran Diponegoro menyerah pada Belanda. Banyak pengikutnya dan pendukungnya yang melarikan diri ke arah bagian timur pulau Jawa yaitu Jawa Timur. Di antaranya selaku penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria. Beliau pergi ke berbagai daerah di antaranya Pati, Begelen, Tuban, lalu pergi ke arah Timur Selatan (Tenggara) ke daerah Malang yaitu Kepanjen.

Pengambaranya mencapai daerah Kesamben Blitar, tepatnya di dusun Djoego, Desa Sanan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Diperkirakan beliau sampai di Dusun Djoego sekitar ± tahun 1840, beliau di dusun Djoego ditemani sesepuh Desa Sanan bernama Ki Tasiman. Setelah beliau berdiam di dusun Djoego Desa Sanan beberapa tahun antara dekade tahun 1840-1850 maka datanglah murid-muridnya yang juga putra angkat beliau yang bernama R.M. Jonet atau yang lebih dikenal dengan R.M. Iman Soedjono, beliau ini adalah salah satu dari para senopati Pangeran Diponegoro yang ikut melarikan diri ke daerah timur pulau jawa yaitu Jawa Timur, dalam pengembaraanya beliau telah menemukan seorang guru dan juga sebagai ayah angkat di daerah Kesamben, Kabupaten Blitar tepatnya didusun Djoego Desa Sanan, yaitu Panembahan Eyang Djoego atau Kyai Zakaria, kemudian R.M. Iman Soedjono berdiam di dusun Djoego untuk membantu Eyang Djoego dalam mengelola Padepokan Djoego.

Pada waktu itu Padepokan Djoego telah berkembang, banyak pengunjung menjadi murid Kanjeng Eyang Djoego. Beberapa tahun kemudian ± tahun 1850-1860, datanglah murid R.M. Iman Soedjono yang bernama Ki Moeridun dari Warungasem Pekalongan. Demikianlah setelah R.M.Iman Soedjono dan Ki Moeridun berdiam di Padepokan Djoego, beberapa waktu kemudian diperintahkan pergi ke Gunung Kawi di lereng sebelah selatan, untuk membuka hutan lereng selatan Gunung Kawi. Kanjeng Eyang Djoego berpesan bahwa di tempat pembukaan hutan itulah beliau ingin dikramatkan (dimakamkan), beliau juga berpesan bahwa di desa itulah kelak akan menjadi desa yang ramai dan menjadi tempat pengungsian (imigran).



Dengan demikian maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono bersama Ki Moeridun disertai beberapa murid Eyang Djoego berjumlah ± 40 orang, di antaranya : Mbah Suro Wates, Mbah Kaji Dulsalam (Birowo), Mbah Saiupan (Nyawangan), Mbah Kaji Kasan Anwar (Mendit-Malang), Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Tugu Drono, Ki Kromorejo, Ki Kromosari, Ki Haji Mustofa, Ki Haji Mustoha, Mbah Dawud, Mbah Belo, Mbah Wonosari, Den Suryo, Mbah Tasiman, Mbah Tundonegoro, Mbah Bantinegoro, Mbah Sainem, Mbah Sipat / Tjan Thian (kebangsaan Cina), Mbah Cakar Buwono, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa (asal Ciang Ciu Hay Teng- RRC). Maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun dan dibekali dua buah pusaka “Kudi Caluk dan Kudi Pecok” dengan membawa bekal secukupnya beserta tokoh-tokoh yang telah disebutkan namanya ditambah 20 orang sebagai penderek (pengikut), dan sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin rombongan dan pembukaan hutan dipercayakan pada Mbah Wonosari.

Setelah segala kebutuhan pembekalan lengkap maka, berangkatlah rombongan itu untuk babat hutan lereng sebelah selatan Gunung Kawi dengan pimpinan Mbah Wonosari. Setelah sampai dilereng selatan Gunung Kawi, rombongan beristirahat kemudian melanjutkan babat hutan dan bertemu dengan batu yang banyak dikerumuni semut sampai pertumpang-tumpang kemudian tempat itu dinamakan Tumpang Rejo. Setelah itu perjalanan diteruskan ke arah utara. Di sebuah jalan menanjak (jurang) dekat dengan pohon Lo (sebangsa pohon Gondang), mereka berhenti dan membuat Pawon (perapian). Lama-kelamaan menjadi menjadi sebuah dusun yang dinamakan Lopawon. Kemudian mereka melanjutkan babat hutan menuju arah utara sampai ke sebuah hutan dan bertemu sebuah Gendok (barang pecah belah untuk merebus jamu) yang terbuat dari tembaga, sehingga lama-kelamaan dinamakan dusun Gendogo. Setelah itu melenjutkan perjalanan ke arah barat dan beristirahat dengan memakan bekal bersama-sama kemudian melihat pohon Bulu (sebangsa pohon apak/beringin) tumbuh berjajar dengan pohon nangka. Kemudian hutan itu disebut dengan Buluangko dan sekarang disebut dengan hutan Blongko. Selesai makan bekal perjalanan dilanjutkan kearah barat sampai disebuah Gumuk (bukit kecil) yang puncaknya datar lalu dibabat untuk tempat darung (tempat untuk beristirahat dan menginap selama melakukan pekerjaan babat hutan, tempat istirahat sementara), kemudian tempat itu ditanami dua buah pohon kelapa. Anehnya pohon kelapa yang satu tumbuh bercabang dua dan yang satunya tumbuh doyong/tidak tegak ke atas, sehingga tempat itu dinamakan Klopopang (pohon kelapa yang bercabang dua). Kemudian, setelah mendapatkan tempat istirahat (darung) pembabatan hutan diteruskan ke arah selatan sampai di daerah tugu (sekarang merupakan tempat untuk menyadran yang dikenal dengan nama Mbah Tugu Drono) dan diteruskan ke timur sampai berbatasan dengan hutan Bulongko, kemudian naik keutara sampai sungai yang sekarang ini dinamakan Kali Gedong, lalu kebarat sampai dekat dengan sumbersari.

Selesai semuanya kemudian membuat rumah untuk menetap juga sebagai padepokan, di rumah itulah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun beserta seluruh anggota rombongan berunding untuk memberi nama tanah babatan itu. Karena yang memimpin pembabatan hutan itu bernama Ki Wonosari, kemudian disepakati nama daerah babatan itu bernama dusun Wonosari. Karena pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi dianggap selesai, maka diutuslah salah satu pendereknya (pengikut) untuk pulang ke dusun Djoego, Desa Sanan Kesamben, untuk melapor kepada Eyang Djoego bahwa pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi telah selesai dilakukan. Setelah mendengar laporan dari utusan R.M. Iman Soedjono tersebut maka berangkatlah Kanjeng Eyang Djoego ke dusun Wonosari di lereng selatan Gunung Kawi yang baru selesai.

Untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan mengatur siapa saja yang harus menetap di dusun Wonosari dan siapa saja yang harus pulang ke Dusun Djoego dan juga beliau berpesan bahwa bila beliau wafat agar dimakamkan (kramatkan) di sebuah bukit kecil (Gumuk) yang diberi nama Gumuk Gajah Mungkur. Dengan adanya petunjuk itu lalu dibuatlah sebuah taman sari yang letaknya berada ditengah antara padepokan dan Gumuk Gajah Mungkur yang dulu terkenal dengan nama tamanan (sekarang tempat berdirinya masjid Agung Iman Soedjono). Tokoh-tokoh yang menetap di dusun Wonosari diantaranya ialah : Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono, Ki Moeridun, Mbah Bantu Negoro, Mbah Tuhu Drono, Mbah Kromo Rejo, Mbah Kromo Sasi, Mbah Sainem, Kyai Haji Mustofa, Kyai Haji Muntoha, Mbah Belo, Mbah Sifat / TjanThian, Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa.

Demikian di antaranya yang tinggal di Dusun Wonosari yang baru jadi, yang lain ikut Kanjeng Eyang Djoego ke Dusun Djoego, Desa Sanan, Kesamben, Blitar. Dengan demikian Kanjeng Eyang Djoego sering melakukan perjalanan bolak-balik dari dusun Djoego–Sanan–Kesamben ke Dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk memberikan murid-muridnya wejangan dan petunjuknya yang berada di Wonosari Gunung Kawi.

Pada hari Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1817 M, Kanjeng Eyang Djoego wafat. Jenasahnya dibawa dari Dusun Djoego Kesamben ke dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk dimakamkan sesuai permintaan beliau yaitu di gumuk (bukit) Gajah Mungkur di selatan Gunung Kawi, kemudian tiba di Gunung Kawi pada hari Rabu Wage malam, dan dikeramat (dimakamkan) pada hari Kamis Kliwon pagi.
Dengan wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada hari Senin Pahing, maka pada setiap hari Senin Pahing diadakan sesaji dan selamatan oleh Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono. Apabila, hari Senin Pahing tepat pada bulan Selo (bulan Jawa ke sebelas), maka selamatan diikuti oleh seluruh penduduk Desa Wonosari yang dilakukan pada pagi harinya. Kegiatan ini sampai sekarang terkenal dengan nama Barikan.

Sejak meninggalnya Kanjeng Eyang Djoego, Dusun Wonosari menjadi banyak pengunjung, dan banyak pula para pendatang yang menetap di Dusun Wonosari. Dikala itulah datang serombongan pendatang untuk ikut babat hutan (membuka lahan di hutan). Oleh Eyang R.M. Iman Soedjono diarahkan ke barat Dusun Wonosari rombongan pendatang itu berasal dari babatan Kapurono yang dipimpin oleh : Mbah Kasan Sengut (daerah asal Bhangelan),Mbah Kasan Mubarot (tetap menetap di babatan Kapurono), Mbah Kasan Murdot (ikut Mbah Kasan Sengut),Mbah Kasan Munadi (ikut Mbah Kasan Sengut).

Rombongan itu juga diikuti temannya bernama Mbah Modin Boani yang berasal dari Bangkalan Madura, bersama temannya Mbah Dul Amat juga berasal dari Madura, juga diikuti Mbah Ngatijan dari Singosari beserta teman-temannya.

Dengan demikian Dusun Wonosari bertambah luas dan penduduknya bertambah banyak pula. Dengan bertambah luasnya dusun dan bertambah banyaknya jumlah penduduk, maka diadakan musyawarah untuk mengangkat seorang pamong yang bisa menjadi panutan masyarakat dalam mengelola dusunnya yang masih baru itu. Maka ditunjuklah salah seorang abdi Mbah Eyang R.M.Iman Soedjono yang bernama Mbah Warsiman sebagai bayan. Dengan demikian Mbah Warsiman merupakan pamong pertama dari Dusun Wonosari.

Pada masa Mbah Eyang R.M. Iman Soedjono antara tahun 1871-1876, datang seorang wanita berkebangsaan Belanda bernama Ny. Scuhuller (seorang putri Residen Kediri) datang ke Wonosari Gunung Kawi untuk berobat kepada Eyang R.M Iman Soedjono. Setelah sembuh Ny. Schuller tidak pulang ke Kediri melainkan menetap di Wonosari dan mengabdi pada Eyang R.M. Iman Soedjono sampai beliau wafat pada tahun 1876. Setelah sepeninggal Eyang R.M. Iman Soedjono, Ny Schuller kemudian pulang ke Kediri.

Pada tahun 1931 datang seorang Tiong Hwa yang bernama Ta Kie Yam (Pek Yam) untuk berziarah di Gunung Kawi. Pek Yam merasa tenang hidup di Gunung Kawi dan akhirnya dia menetap didusun Wonosari untuk ikut mengabdi kepada Kanjeng Eyang (Mbah Djoego dan R.M. Soedjono) dengan cara membangun jalan dari pesarehan sampai kebawah dekat stamplat. Pek Yam pada waktu itu dibantu oleh beberapa orang temannya dari Surabaya dan juga ada seorang dari Singapura. Setelah jalan itu jadi, kemudian dilengkapi dengan beberapa gapura, mulai dari stanplat sampai dengan sarehan. Pada hari Rabu Kliwon tahun 1876 Masehi, Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono wafat, dan dimakamkan berjajar dengan makam Kanjeng Mbah Djoego di Gumuk Gajah Mungkur. Sejak meninggalnya Eyang R.M. Iman Soejono, Dusun Wonosari bertambah ramai.

Sejarah PSM Makassar

PSM Makassar

Persatuan Sepakbola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepakbola Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tim berjuluk Juku Eja yang juga biasa dijuluki Ayam Jantan dari Timur merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepakbola nasional.

Kisah terbentuknya PSM Makasar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepakbola bernama Makassar Voetbal Bond [MVB] yang di kemudian tercatat sebagai embrio PSM. Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepakbolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani.

Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama.

Sayang pada usianya yang ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Itu karena orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa [pekerja paksa]. Sebagiannya lagi dikirim ke Burma [kini Myanmar]. MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepakbola di Indonesia kala itu.

Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepakbola. Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepakbola Makassar [PSM].

Pada dekade 1950, PSM mulai melakukan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal tentunya adalah Ramang. Bahkan kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM dan tercatat dalam sejarah sepakbola nasional sebagai legenda itu tetap dikenang hingga saat ini. Mungkin itu pula yang membuat tim ini terkadang dijuluki Pasukan Ramang.

PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar di Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepakbola Indonesia. Lima kali gelar juara perserikatan mereka raih serta beberapa kali runner-up.

Di era sepakbola profesional, tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dream Team ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto, yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. Hebatnya, PSM kala itu hanya dua kali menelan kekalahan dari 31 pertandingan yang mereka mainkan.

Sejarah Perang Makassar

PERANG MAKASSAR

Apabila suasana yang agak tenang setelah "perang laut" dipergunakan oleh Sultan
Agung Mataram untuk menaklukkan Giri, maka Belanda menggunakan suasana ini
untuk menaklukkan Kesultanan Hasanuddin di Makasar. Konfrontasi antara kekuasaan
Hasanuddin dengan Belanda telah berjalan agak lama, yaitu sejak Hasanuddin mampu
menyatukan semua sultan-sultan Makasar dan Bugis di bawah satu panji-panji Islam.
Kesatuan ini menumbuhkan kekuatan yang dapat menyaingi kekuatan Belanda di laut
Jawa dan bahkan di laut Maluku dalam perdagangan rempah-rempah.

Konfrontasi Belanda-Hasanuddin menyulut perang terbuka di antara kedua kekuatan
tersebut. Pada tahun 1633, Belanda mengepung pelabuhan Makasar dengan jalan
blokade dan sabotase, tetapi sia-sia. Sebab kekuatan pasukan Sultan Hasanuddin mampu
mendobrak blokade itu dan mematahkan semua sabotase yang dilakukan Belanda.
Kegagalan ini mendorong pihak Belanda mengadakan damai dengan Sultan.
Kemudian pada tahnn 1654 sekali lagi Belanda-Kristen mengerahkan armadanya yang
besar untuk menyerang Makasar. Pertempuran berkobar dengan dahsyat, tetapi berkat
keberanian tentara Islam Hasanuddin berhasil memukul mundur dan memporakperandakan
armada Belanda-Kristen. Dan untuk kesekian kalinya Belanda mengajak
damai dengan Sultan.

Dari kegagalan penyerangan yang kedua ini, Belanda mempelajari dengan sungguhsungguh
tentang kondisi psikologis dan politik Kesultanan Hasanuddin. Akhirnya
didapatkan bahwa kekuasaan Sultan Hasanuddin Makasar sangat tidak disenangi oleh
sultan-sultan bawahannya dari Bugis. Ketidak-senangan ini dipergunakan sebaikbaiknya
oleh Belanda dengan jalan mengundang Aru Palaka, Sultan Bugis di Bone
untuk datang ke Batavia dalam rangka kerjasama, politik dan militer. Pertemuan antara
Aru Palaka dengan Gubernur Jenderal Brouwer menghasilkan perjanjian kerjasama
politik-militer, yaitu Aru Palaka dan Belanda akan bersama-sama menyerang Makasar;
dan jika serangan ini berhasil mengalahkan Makasar, maka Aru Palaka akan diangkat
menjadi Sultan Bugis di Bone secara penuh dan bersahabat hanya dengan Belanda.
Pada tahun 1666 armada laut Belanda yang berkekuatan 20 buah kapal dengan prajurit
600 orang, dibawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman menyerang pasukan
Makasar dari laut dan pasukan Aru Palaka Bone yang dipersenjatai oleh Belanda
menyerang dari arah darat melalui Sopeng. Menghadapi serangan dari dua jurusan
pasukan Sultan Hasanuddin bertekad bulat untuk mati syahid, mempertahankan Islam
dan kehormatan kaum muslimin. Pertempuran dahsyat terjadi, perang tanding antara
pasukan Makasar dengan pasukan Aru Palaka berjalan sangat mengerikan dan pasukan
Belanda secara gencar menembakkan meriam-meriamnya dari laut, sehingga korban
berjatuhan tak terhingga banyaknya, terutama di pihak pasukan Makasar.

Dalam kondisi yang demikian, Sultan Hasanuddin mengundurkan pasukannya sambil
melakukan konsolidasi yang lebih baik. Setelah konsolidasi dilakukan, pertempuran
dimulai lagi dengan penuh semangat mati syahid. Tetapi karena kekuatan tak seimbang,
baik dalam bentuk jumlah pasukan maupun persenjataan, akhirnya pada tahun 1667
menyerahlah Sultan Hasanuddin. Penyerahan Sultan ini tertuang dalam "Perjanjian
Bongaya". Dalam isi perjanjian ini disebutkan bahwa daerah-daerah taklukan Sultan
Hasanuddin seperti Ternate, Sumbawa dan Buton kepada Belanda. Aru Palaka menjadi
Sultan di Bone dengan daerah yang lebih luas dan senantiasa dalam perlindungan
Belanda. Sedangkan Sultan Hasanuddin hanya memperoleh daerah Goa dan kota
Makasar saja.
Kekalahan Makasar ini, mengakibatkan banyak di antara para pejuang dan panglima
pasukan Sultan Hasanuddin ini yang berhijrah ke Jawa, seperti Kraeng Galesung dengan
pasukannya yang menggabungkan diri dengan Trunojoyo di Jawa Timur dan sebagian
lagi dibawah seorang ulama besar Syekh Yusuf menggabungkan diri dengan pasukan
Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dalam melawan Belanda.

Sejarah Kota Makassar

Mungkin ini yang kalian tunggu'' bagi masyaraakat MAKASSAR


Kota Makassar pada 2007 ini konon sudah berusia 400 tahun. Untuk menelusuri kembali sejarah kota berjuluk “Kota Daeng” dan “Kota Angingmammiri” itu, Pemerintah Kota Makassar pada Sabtu, 30 Juni 2007 yang lalu, di Hotel Sahid Makassar, mengadakan Seminar Nasional 400 Tahun Makassar.”
Seminar dengan tema ”Menemukenali dan Merangkai Sejarah dan Budaya Makassar” itu menghadirkan 400 tokoh dan menampilkan beberapa pembicara.
Makassar adalah nama tempat bandar niaga kerajaan kembar Gowa dan Tallo. Kerajaan kembar itulah yang kemudian menyandang nama Kerajaan Makassar.
Nama Makassar sudah disebut dalam naskah kuno Jawa, Negara Kertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca, pada 1364. Naskah itu juga menyebut nama Luwu, Bantaeng, dan Selayar.
”Nama tempat yang yang disebut Makassar (dalam naskah itu, red) belum dapat diidentifikasi hingga sekarang,” kata sejarawan dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Edward L Poelinggomang.
Dalam tradisi pelaut dan pedagang yang berniaga ke Maluku, kawasan yang pulau-pulaunya berada di utara Pulau Sumbawa disebut dengan nama Makassar.
Tradisi penyebutan pulau-pulau tersebut dari para pelaut dan pedagang, kemudian diserap oleh pelaut dan pedagang Portugis setelah merebut dan menduduki Malaka.
Dalam catatan Tome Pores, diungkapkan bahwa pedagang-pedagang Melayu menginformasikan adanya jalur paling singkat dalam pelayaran ke Maluku, yaitu melalui Makassar (Cortesao, 1944).
Informasi itu mendorong pelaut dan pedagang Portugis menelusuri jalur pelayaran tersebut, sehingga dalam peta pelayaran pengembara Portugis, Pulau Kalimantan diberi nama ”Pulau Makassar yang Besar” (Gramdos ilha de Macazar), sedangkan Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya disebut ”Pulau-pulau Makassar (Ilhas dos Macazar).
Selain itu, kota-kota pelabuhan yang berada di pesisir barat Sulawesi yang menjadi tempat singgah dalam pelayaran ke Maluku, juga diberikan predikat Makassar, antara lain Siang Makassar, Bacukiki Makassar, Suppa Makassar, Sidenreng Makassar, Napo Makassar, dan Tallo Makassar.
Edward L Poelinggoman mengatakan, bandar niaga Makassar terbentuk dari dua bandar niaga dari kerajaan kembar Gowa-Tallo, yaitu bandar Tallo dari Kerajaan Tallo yang terletak di pesisir muara Sungai Bira (Sungai Tallo), serta bandar Sombaopu dari Kerajaan Gowa yang terletak di pesisir muara sungai Jeneberang.
Dua kerajaan tetangga itu kemudian berhasil membentuk persekutuan pada 1528, setelah melalui pemufakatan penyelesaian konflik (perang). Kesepakatan itu berpengaruh bagi rakyatnya dan semua yang mengenal dua kerajaan kembar itu, sehingga muncul ungkapan ”satu rakyat, dua raja” (se’reji ata narua karaeng).
Persekutuan yang dibangun itu bersifat menyatukan dua kerajaan dalam kehidupan kenegaraan, tetapi tetap mengakui kedudukan kekuasaan masing-masing sebagai kerajaan.
Kerajaan Gowa ditempatkan sebagai pemegang kendali kekuasaan kerajaan kembar itu (sombaya), sedangkan Raja Tallo sebagai pejabat mangkubumi (tuma’bicara butta).
Membangun Tembok dan Benteng Pertahanan
Perang yang berakhir dengan pembentukan persekutuan kerajaan kembar Gowa-Tallo, berbasis pada keinginan Kerajaan Gowa untuk mengubah orientasi kehidupan kerajaannya dari agraria ke dunia maritim pada periode pemerintahan Raja Gowa IX, Tumapa’risi’ Kallonna Daeng Matanre Karaeng Manguntungi (1510-1546).
Kebijakan itu dilaksanakan mengingat semakin banyak arus migran pedagang Melayu ke kawasan ini setelah Malaka diduduki oleh Portugis pada 1511.
”Setelah melakukan persekutuan dua kerajaan itu, yang secara kesejarahan diperintah oleh raja dari keturunan yang sama, Kerajaan Kembar itu melaksanakan perluasan kekuasaan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir dan memaksa mereka untuk melakukan perdagangan dengan bandar niaga Tallo dan Sombaopu,” tutur sejarawan dari Unhas, Edward L Poelinggomang.
Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565), yang menjadi pelanjut Raja Gowa ke-9, memandang kebijakan itu kurang memberikan peluang bagi kemajuan bandar niaga kerajaan kembar Gowa-Tallo.
Ia kemudian merancang penaklukan kerajaan-kerajaan pesisir dan kerajaan-kerajaan yang memiliki potensi ekonomi dengan kebijakan baru, yaitu memaksa kerajaan-kerajaan taklukan untuk tunduk dan patuh kepada Raja Gowa X, serta mengangkut orang dan barang dari negeri taklukan, khususnya yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim ke bandar Kerajaan Gowa-Tallo.
Akibat kebijakan itu, bandar-bandar niaga yang berada di pesisir jazirah selatan menjadi sirna, dan hanya ada dua bandar niaga, yakni bandar niaga Tallo dan bandar niaga Sombaopu.
Kedua bandar niaga itu secara fisik seolah-olah sudah menyatu dan membentang dari muara Sungai Bira (Sungai Tallo) hingga muara Sungai Jeneberang yang dipenuhi oleh para pedagang dari berbagai bandar niaga yang sebelumnya disebut Makassar.
Itulah yang kemudian mendasari para pedagang menyebut bandar niaga Tallo dan Sombaopu dengan sebutan Bandar Makassar, dan tidak menyebut Tallo Makassar atau Sombaopu Makassar.
Kerajaan kembar Gowa-Tallo juga kemudian disebut dengan nama Kerajaan Makassar, di mana Raja Gowa diangkat menjadi Raja, sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi atau Kepala Pemerintahan Kerajaan.
Bandar Makassar kemudian berkembang dan menjadi pusat kegiatan bagi para pelaut dan pedagang, termasuk pelaut dan pedagang dari Portugis pada 1532, Belanda (VOC) pada 1603, Inggris pada 1613, Spanyol pada 1615, Denmark pada 1618, dan China pada 1618.
”Berkumpulnya para pedagang di bandar Makassar, berhasil meningkatkan kegiatan perdagangan di kota pelabuhan itu,” urai Edward.
Untuk melindungi kegiatan perdagangan di kota pelabuhan itu, pemerintah Kerajaan Makassar membangun sejumlah benteng pertahanan sepanjang pesisir dari yang paling utara Benteng Tallo hingga yang paling selatan Benteng Barombong.
Selain benteng, sepanjang wilayah pesisir kota juga dibangun tembok yang di depannya berjejer perahu dan kapal dagang dari berbagai kerajaan di Asia Tenggara, China, dan dari Eropa, sedangkan di balik tembok juga berlangsung kegiatan perdagangan, baik di pasar tradisional, maupun di rumah-rumah dagang.

Sejarah Pantai Losari (Makassar)

Catatan syahrul selanjutnya menuju kemakassar asal tempat saya lahir ^_^
Tolong dibaca biar pengetahuan anda semakin luas , Terima kasih sebelumnya


Belum dipastikan apakah ada catatan yang berkenaan dengan sejarah dan riwayat pemberian nama pantai LOSARI selama ini. Nama Pantai lokasi sudah melekat dengan kehidupan sehari-hari orang Makassar sehingga keberadaannya ibarat mengenal rumah sendiri tanpa perlu mengetahui darimana asal usulnya.

Pantai Losari adalah ikon khas Kota Makassar yang merupakan salah satu tempat populer di Indonesia, letaknya yang menghadap kelaut lepas merupakan kawasan objek wisata paling digemari masyarakat Sulawesi Selatan. Wilayah pantainya berada dilokasi yang sangat strategis diapit selat dan anjungan buatan, gedung-gedung hotel berbintang, Restoran, warung dan berbagai macam tempat untuk berbelanja. Pada umumnya, pantai ini kerap menjadi pilihan yang menarik terutama bagi para pendatang.  Namun apa makna “losari” itu..? sejak kapan pantai ini bernama “Losari”..? siapa yang memberi nama pantai itu dengan nama “Losari”..?
Sebelum dikenal sebagai Losari, warga Makassar menyebutnya Pasar Ikan. Dimasa itu banyak pedagang pribumi yang berjualan. Dipagi hari dimanfaatkan sebagai pasar ikan, sedangkan di sore hari dimanfaatkan pedagang lainnya untuk berjualan kacang, pisang epe dan makanan ringan khas Makassar lainnya.
Apa sebenarnya yang menarik dari fisik Pantai Losari? Infrastruktur utamanya saat ini telah dibangun merupakan sebuah jalan besar bernama Penghibur. Disisi yang sebelumnya adalah pembendung air berupa turap beton memanjang kini diperluas menjorok kedalam pantai. Terdapat Promenade luas berlatar pulau dan laut selat Makassar dan dibawahnya merupakan outlet buangan limbah kota. Dalam konteks pembangunannya, konsep yang sudah bertahan selama 60 tahun itu hanya diperbesar luasannya.

Diawali tahun 1945, bangunan tambahan pantai yang pertama dibuat. Desain lantai dasar beton sepanjang 910 meter digagas oleh Pemerintah Wali Kota Makassar, DM van Switten (1945-1946). Dimasa pemerintahan NICA tersebut, pemasangan lantai ditujukan untuk melindungi beberapa objek dan sarana strategis warga di Jalan Penghibur dari derasnya ombak selat Makassar.

Jadi, bisa diasumsikan bahwa pemberian nama Pantai ini pada saat dilakukan pembangunan pertamanya oleh Pemerintahan NICA namun makna kata Losari sendiri belum diartikan sampai saat ini. Apakah kata LOSARI itu berasal dari bahasa belanda atau bahasa Makassar..?

Dalam bingkai hakiki, “los”- “ari” bisa dimaknai secara sederhana sebagai kawasan lepas yang terselubungi oleh dua lapisan utama. Sebagai uraian harfiah maka kata Los, dalam bahasa Jawa punya ambigus makna. Maknanya berarti ia sebuah kawasan atau tempat untuk berjual-beli, sebagai toko-toko atau pasar yang terbagi-bagi menjadi beberapa los. Kemudian los, dalam konteks kejawaan, berarti terlepas atau udar. Mengingat bahwa kawasan Pantai ini dulunya memang adalah tempat berjualan. sedangkan untuk kata “ari” dimaknakan sebagai pembungkus dan penyuplai, seperti yang dimaknakan pada kata “ari-ari”.

Apa yang harus kita sampaikan jika suatu ketika seorang pendatang menanyakan riwayat Pantai Losari ini? sudah tentu sipenanya akan mendapatkan uraian jawaban yang bermacam-macam. Banyak versi tentang Pantai ini sehingga cerita yang tidak logis pun menjadi bahan utama sejarahnya.

Sejarah Pantai Losari adalah Teka teki untuk sebagian besar masyarakat Makassar.. boleh jadi untuk menulis ini dengan sekedar data yang minim selebihnya hanya berupa rekaan logika kata yang diadopsi. Sementara sampai saat ini, Pemerintah Kota Makassar sepertinya terkesan mengesampingkan Sejarah itu dan membiarkannya larut tertelan jaman. Kendati Pantai Losari sudah dalam proses dipercantik, Teka teki itu malah makin rumit dan malah makin mendatangkan pertanyaan… Pantai ini mau dibentuk seperti apa?? sementara pembuangan limbah kota masih terus menerus mengalir larut kedalam air lautnya… Cemaran Zat Merkuri yang makin pekat.. penataan yang semrawut..

Sejarah Lawang Sewu (Semarang)


Wisata Mistis ke Objek Wisata Lawang Sewu
Orang yang pertama kali merancang bangunan megah ini adalah seorang arsitek asal belanda bernama C.Citroen dan B.J. Quendag. Pembangunannya sendiri memakan waktu kurang lebih 4 tahun, yaitu dari 1903 hinga 1907. Gedung ini dulunya sempat dipergunakan sebagai kantor NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij), sebuah perusahaan kereta api Belanda pada masa itu. Dari depan bisa anda lihat terdapat 2 buah menara kembar yang berdiri tegak. Menara ini terbagi menjadi 2 area berbeda, agak memanjang ke belakang. Dari sini anda bisa melihat nuansa bangunan ala Eropa yang identik dengan desain yang besar, kokoh, dan estetis.

Sebelum Jepang mengambil alih kekuasaan, ruangan bawah tanah di Lawang Sewu merupakan tempat pembuangan air. Namun setelah pendudukan tentara Jepang, tempat ini berubah menjadi penjara bawah tanah. Saat Jepang menduduki tempat ini, pernah terjadi sebuah pertempuran sengit antara tentara Jepang dan rakyat Indonesia. Pertempuran itu terjadi pada 14 Oktober 1945 - 19 Oktober 1945. Sebuah monumen bernama Tugu Muida didirikan untuk mengenang kejadian ini. Karena Objek Wisata Lawang Sewu merupakan salah satu tempat bersejarah di Semarang, bangunan ini dimasukkan dalam daftar situs yang patut dilindungi.

Saat ini Lawang Sewu tidak lagi dipergunakan untuk kegiatan pemerintahan, namun sudah menjelma menjadi objek wisata. Anda bisa datang kesini jika ingin menikmati wisata berbau mistis. Hanya dengan tiket seharga 5 ribu rupiah, anda sudah bisa masuk ke dalam bangunan megah 2 lantai ini. Jika anda sudah memasuki kompleks bangunan Lawang Sewu, jangan heran jika bulu kuduk anda tiba-tiba berdiri.

Banyak cerita seram yang mengelilingi bangunan ini, mungkin anda sudah familiar dengan cerita-cerita tersebut. Dari  penerawangan yang dilakukan oleh para ahli supranatural, ditemukan bahwa di bangunan ini memang angker dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Dulu pernah ada wacana untuk mengubah Lawang Sewu menjadi hotel, namun setelah diketahui banyak terdapat makhluk halus niat tersebut diurungkan.

Misteri Lawang Sewu Angker

Wisata Mistis ke Objek Wisata Lawang Sewu 2
Add caption

Beberapa ruangan di dalam bangunan Lawang Sewu memiliki kesan mistis yang sangat kuat, salah satunya adalah penjara bawah tanah. Di dalam ruangan ini, suasananya benar-benar gulap-gulita. Ruangan ini dulunya merupakan tempat penyiksaan / penjara bagi para pejuang Indonesia yang ditawan oleh tentara Jepang maupun Belanda. Ada sebuah ruangan yang disebut penjara jongkok disini. Di dalam ruangan ini terdapat banyak bak beton dengan tinggi 1 meter. Bak tersebut merupakan tempat penyiksaan para pejuang, mereka dipaksa untuk berjongkok dan berendam di dalamnya. Ruangan lain yang juga sangat seram di dalam bangunan ini adalah ruangan eksekusi. Ini merupakan tempat dimana para tahanan dihukum mati dengan cara dipenggal.

Walaupun objek wisata Lawang Sewu terkenal dengan cerita mistinya, tak bisa dipungkiri jika kemegahan bangunan ini juga bisa membangkitkan rasa kagum kita. Bagi anda yang memiliki hobi fotografi, setiap sudut di dalam bangunan ini sangat layak untuk anda abadikan.

Sejarah Band The Beatles


AWAL MULA (1957 -1962)
The Beatles dimulai di tanah Liverpool dari sebuah band bernama The Quarrymen yang dibentuk oleh John Lennon pada Maret 1957, saat itu ia berusia 16 tahun. Paul McCartney yang saat itu berusia 15 bergabung dengan The Quarrymen beberapa bulan berikutnya. Di tahun berikutnya, teman McCartney yaitu George Harrison ikut bergabung. The Quarrymen hingga tahun 1960 terdiri dari trio gitaris yang memainkan rock n roll ala Elvis, Buddy Holly dan The Crickets. Di awal Tahun 1960, seorang teman Lennon, Stu Sutcliffe, melengkapi formasi sebagai bassist. Dialah yang kemudian menawarkan untuk mengganti nama The Quarrymen. Saat itu, beberapa kali band itu mengalami perubahan nama, dari The Beetels, The Beatlas, Johny and the Moondogs, Long John and the Beetles, dan The Silver Beatels, hingga akhirnya mereka membuang kata silver dan mantaplah nama The Beatles pada bulan Agustus 1960.
Di pertengahan 1960, seorang relasi bernama Allan Williams mengajak mereka untuk bermain di Hamburg, Jerman. Karena kekosongan pemain drum, mereka lalu secara dadakan mengaudisi Pete Best dan duduklah dia di posisi tersebut. Mulailah petualangan mereka mengisi klub-klub kawasan merah Hamburg dengan rock and roll.
Di Hamburg, Sutcliffe mendapat kekasih baru bernama Astrid Kirchherr. Nona inilah yang yang memperkenalkan gaya rambut German “exi” (eksistensialis) yang nantinya diadopsi sebagai trademark rambut personil The Beatles.
REKAMAN PERTAMA
Kesempatan pertama The Beatles di Hamburg hanya beberapa bulan saja. Berbagai masalah membuat beberapa personil harus kembali ke Liverpool pada akhir 1960. hanya Sutcliffe yang kemudian menetap di Jerman. Personil The Beatles lainnya melanjutkan bermain di berbagai club di Liverpool. Secara rutin mereka bermain di daerah Merseyside, tepatnya di sebuah klub legendaris bernama Tavern Club, tempat yang menjadi tonggak lahirnya Merseybeat Sound. Pada awal tahun 1961, Sutcliffe keluar dari band untuk memfokuskan diri pada pendidikannya sekolah seni di Jerman. McCartney lalu mengambil posisinya sebagai pemain bass. Di tahun yang sama, The Beatles kembali ke Hamburg,  mereka kemudian mendapat kontrak rekaman pertama dari seorang produser Jerman, Bert Kaempert, untuk menjadi band pendamping seorang penyanyi gitaris rock British bernama Tony Sheridan. Rekaman itu bertajuk “Tony Sheridan & The Beat Brothers, dengan single “My Bonnie”.
Di tahun 1961, nama The Beatles semakin populer, terlebih di Liverpool. Tavern Club mengantarkan mereka bertemu dengan Brian Epstein, seorang pengusaha rekaman dan kolomnis musik, yang kemudian menjadi manajer mereka pada Januari 1962. Epstein mengajak mereka mengikuti audisi di Decca Records (beberapa track audisi kemudian dijadikan bootleg yang dirilis pada tahun 1995). Namun Decca Records menolak mereka begitu pula dengan beberapa label yang lain. Di tahun yang sama, usaha giat Epstein terbayar kala  seorang produser bernama George Martin mengajukan surat kontrak kepada The Beatles dibawah label Parlophone, anak perusahaan EMI Records. The Beatles kemudian melakukan rekaman pertamanya dibawah Martin di Studio Abbey Road (milik EMI) di London pada Juni 1962. Kala itu, Martin menyatakan ketidaksukaannya pada Pete Best, ia mengajukan usulan kepada Epstein untuk mengganti Best dengan drummer studio. Lalu mereka menyewa Andy White sebagai Drummer. Pemecatan Best mengantar The Beatles bertemu dengan Ringgo Starr yang pada saat itu meninggalkan bandnya Rory Storm and the Hurricanes. Sebelum Ringgo resmi bergabung, Andy White masih mengisi track drum di single “Love Me Do” dan “P.S. I Love You”. Untuk kepentingan komersil, Epstein memberi masukan kepada The Beatles untuk menyempurnakan penampilannya dengan memakai pakaian rapi dan dasi, melengkapi potongan khas rambut mereka.
Inilah formasi terakhir yang terus bertahan hingga bubarnya nanti yaitu John Lennon pada gitar, McCartney pada Bass, George Harrison pada Gitar lead, Ringgo Starr pada Drum, dan semua personil menjadi penyanyi. Single “Love Me Do” membuat The Beatles terkenal saat itu. Popularitas mereka menanjak ketika tak lama kemudian mereka merilis single “Please Please Me/Ask me Why” pada bulan November yang kemudian mencapai puncak chart UK di awal 1930. Sepanjang tahun 1962 ini, The Beatles masih bermain di Hamburg hingga berakhir pada bulan Desember 1962.
KETENARAN GLOBAL (1963 – 1966)
Tahun 1963 menjadi tahun produktif untuk The Beatles. Diproduseri oleh George Martin, The Beatles memproduksi LP (Long Playing Records / album) secara Live di Abbey Road Studios. 10 tracks direkam melengkapi 4 tracks yang sudah dirilis sebelumnya. LP yang diberi tajuk “Please Please Me” itu kemudian dirilis pada Maret 1963. Materi di album ini menampilkan duet komposisi Lennon-McCartney yang kemudian menjadi prototype di album-album berikutnya. Ke produktif-an The Beatles diikuti dengan dirilisnya beberapa single, yaitu “From Me To You” pada bulan April yang juga merajai puncak Chart UK, dan single keempat “She Loves You” di bulan Agustus yang sukses menjadi single pertama yang terjual sejuta copy. Logo icon The Beatles juga diperkenalkan pertama kali di Tahun 1963 saat menghiasi cover bass drum Starr. Begitu pula dengan istilah “Beatlemania” yang lahir seiring menanjaknya kepopuleran mereka di pertengahan 1963. Hari-hari The Bealtes mulai diwarnai dengan banyaknya jadwal konser yang mana panggung mereka selalu ramai dengan fans yang berteriak dengan histeris. Tour luar negeri pertama mereka (selain di Hamburg) adalah ke Swedia pada bulan Oktober. Sepulangnya dari Swedia, mereka disambut oleh banyak fans dan wartawan yang mulai memaparkan mereka di headline media.
Disela jadwal tour, The Beatles juga menyempatkan diri merekam lagu sebagai materi untuk album berikutnya “With The Beatles”. Materi direkam memakai teknik studio recording (tidak live seperti sebelumnya)  pada bulan Juli dan Oktober 1963. Sebelum album tersebut dirilis, mereka mengeluarkan single “I Want To Hold Your Hand” di bulan November. Sama seperti single sebelumnya, single inipun kembali menambah banyaknya fans yang menggilai mereka, sebuah fenomena musik yang belum pernah ada sebelumnya di UK. Album “With The Beatles” akhirnya resmi di rilis pada Januari 1964 yang secara umum berisi materi duet Lennon-McCartney. Album ini mendapat pujian dari Times melalui kritikus musik Willian Mann yang mengukuhkan duet Lennon-McCartney sebagai komponis Inggris yang mengagumkan.
AWAL BRITISH INVASION
Sejarah The Beatles pun sampai di tanah Amerika (US). Pada awalnya, perjalan lagu-lagu mereka tidak begitu mulus, Capitol Records, label independent di US, menolak untuk merilis beberapa single pertama band ini. Hingga akhirnya mereka merilis single “I Want To Hold Your Hand” yang kemudian merajai chart US dan terjual lebih dari 2,5 juta copy. Perjalanan The Beatles ke US dimulai pada 7 Februari 1964 yang menjadi tonggak Invasi Inggris (Brtitish Invasion). Mendarat di JFK Airport, mereka disambut sekitar 3000 fans. Penampilan pertama mereka di The Ed Sullivan Show disaksikan sekitar 74 juta orang atau setidaknya 40 persen populasi Amerika. Setelah itu, mereka mengadakan konser terbuka pertama di Washington Coliseum yang dibanjiri oleh ribuan beatlemania. Mereka kembali ke Inggris pada 22 Februari setelah sebelumnya tampil untuk kedua kalinya di The Ed Sullivan Show. Lagu-lagu The Beatles merajai posisi chart Billboard. Remaja Amerika pun mulai meniru gaya rambut dan berpakaian mereka. Tampilnya mereka di US menginspirasi banyak band Inggris untuk menyeberang Lautan Atlantik menuju Amerika, inilah British Invasion.
The Beatles memulai lagi tour internasionalnya pada bulan Juni 1964 menuju Belanda, Hongkong, Australia, dan New Zealand, lalu kembali lagi ke US. Tour mereka selalu dihiasi ribuan fans yang berteriak histeris yang menutupi kemampuan ampli mereka mengeluarkan musik yang mereka mainkan, sehingga para personil The Beatles tidak dapat mendengarkan apa yang mereka mainkan. Hal rutin ini lah yang kemudian membuat mereka bosan melakukan tour.
Tour ke US pada bulan Agustus membawa mereka pada sebuah pertemuan yang kemudian akan mengubah mereka. Mereka dipertemukan dengan seorang legenda Folk song Amerika yaitu Bob Dylan. Bisa dibayangkan dari latar belakang musik, lirik, penampilan, serta gaya hidup mereka yang berbeda jauh. Bob Dylan yang flamboyan, seorang kritikus sosial dan politik dengan lirik-lirik puitis yang tajam bertemu dengan 4 orang berpenampilan rapi yang membawakan rock and rol ‘manis’ yang penuh dengan lirik cinta. Dylan yang kemudian memperkenalkan The Beatles dengan Mariyuana. Ada kisah lucu dai kejadian ini, Dylan menawarkan Mariyuana karena dia salah mengartikan lagu “I Want To Hold Your Hand” pada kata ‘I can’t hide’ dan ‘I get high’ yang dipikirnya mengacu pada Mariyuana. Yah, pertemuan ini adalah pertemuan budaya yang sangat menginspirasi The Beatles di album-album berikutnya.


A HARD DAYS NIGHT, BEATLES FOR SALE, HELP!, HINGGA RUBBER SOUL
Pada kesempatan selanjutnya, The Beatles mulai merambah ke dunia per-film-an. Kurangnya perhatian Capitol Records membuat kompetitor lain mendekati The Beatles. Adalah United Artist Records melalui divisi film nya menawarkan kontrak film kepada The Beatles, dengan harapan akan diikuti oleh kontrak rekaman. Debut film pertama The Beatles berjudul “A Hard Day’s Night”  yang di sutradarai oleh Richard Lester, digarap selama 6 minggu di bulan Mei-April 1964. Film ini bergaya semi dokumenter musikal yang menampilkan para personil The Beatles secara komikal dan komedi. Film ini pertama kali diputar di London dan New York pada bulan Juli dan Agustus dan menuai sukses.
Album Soundtrack “A Hard Day’s Night” dirilis pada bulan Juli 1964. Sama seperti album-album sebelumnya, album ini pun juga menuai sukses. Dalam album ini terlihat bahwa semua musik yang meng-influens mereka menyatu dan menampilkan ciri rock and roll The Beatles yang khas. Sound khas mereka pun mulai tampak di album ini. Materi dalam album ini memuat komposisi original dari Lennon dan McCartney, tanpa lagu cover. Secara umum dapat dikatakan bahwa di album ini lah The Beatles mulai menampilkan kesejatian musik mereka yang penuh keceriaan dan optimisme.  Sound The Beatles yang khas, khususnya sound gitar resonant elektrik 12 senar yang dipakai Harrison kemudian menginfluens sound band The Byrds dalam meramaikan dunia rock and roll tahun 60an.
Belum hilang gegap gempita album “A Hard Day’s Night”, The Beatles kembali masuk ke dapur rekaman untuk menyelesaikan materi album studio ke lima nya, “Beatles for Sale”. Mereka menggarap materi ini selama bulan Agustus sampai Oktober 1964, album ini kemudian di rilis pada akhir tahun 1964. Secara materi album, format “Beatles For Sale” mengikuti dua album pertama yang banyak diisi dengan banyak lagu cover.
Memasuki tahun 1965, kehidupan The Beatles mulai diwarnai dengan kontroversi. Pada bulan April, The Beatles mulai berkenalan dengan LSD, yang diberikan oleh oleh dokter gigi Lennon dan Harrison. Pada bulan Juni, Ratu Elizabeth II menunjuk mereka menjadi Anggota Kerajaan Inggris (MBR), yang ditentang oleh beberapa anggota lain yang konservatif, karena kebiasaan penghargaan itu diberikan kepada militer ataupun pemimpin sipil.
Ditahun yang sama, The Beatles kembali menggarap film ke dua. Bertajuk “Help!”, film ini kembali di sutradarai oleh Richard Lester, yang kemudian dirilis pada bulan July 1964. Beberapa review mengatakan bahwa film ini sangat buruk dibandingkan dengan film sebelumnya, namun walau demikian film ini tetap mendapat kesuksesan komersil di pasaran. Materi soundtrack di album “Help!” hanya diisi oleh dua lagu cover. Di album ini, Harrison mulai menampilkan dirinya sebagai pencipta, ada dua lagu yang ia ciptakan untuk album ini. “Help!” juga menunjukkan perubahan pada diri The Beatles. Perubahan vocal Lennon dipengaruhi oleh Bob Dylan dan gaya musisi folk Amerika lain. Selain itu, album ke lima ini berisi sebuah lagu balada terkenal sepanjang masa yaitu “Yesterday“ yang diciptakan oleh McCartney. Adalah suatu tahapan baru ketika mereka mulai memasukkan unsur orkestra pada lagu ini.
The Beatles kemudian melakukan kunjungan ke US untuk yang ketiga kalinya pada Agustus 1965. Konser terbesar pada kunjungan ini adalah di  New York’s Shea Stadium yang dihadiri sekitar 55.600 orang fans. Kemudian The Beatles melanjutkan 9 konser sukses lainnya di berbagai kota di Amerika. Di akhir kunjungan, The Beatles akhirnya bertemu dengan idola mereka yang menjadi pondasi musik mereka, Elvis Persley. Mereka kemudian mengobrolkan banyak hal dan melakukan jam session.
Album berikutnya, “Rubber Soul” dirilis pada bulan Desember 1965. Album ini mendapat banyak pujian karena menampilkan kedewasaan bermusik mereka. Banyak sekali peningkatan kualitas baik dari materi komposisi, lirik, dan berbagai sound yang dipakai. Pada Norwegian Wood (The Bird has Flown), merakai mulai memasukkan unsur sound tradisional seperti sitar, yang menjadi momentum dalam merombak unsur sound pada genre rock standar. Beberapa komposisi menandai mereka sudah memasuki ranah baru dalam bermusik seperti folk rock. Lirik The Beatles mulai mencerminkan perasaan terdalam mereka, yang kemudian disambut dengan banyak interpretasi berbeda tentang cerita dalam lagu-lagu mereka. Album ini menandai perubahan signifikan pada musik The Beatles yang kemudian tercermin di album-album berikutnya.
MENJADI BAND STUDIO
Di bulan Juni 1966, Capitol Records merilis sebuah album kompilasi The Beatles untuk pasar US. Album bertajuk “Yesterday and Today” itu menuai kontroversi dimana foto kulit album menampilkan personil The Beatles berpakaian ala tukang potong daging sedang tersenyum menyeringai dikelilingi potongan daging dan boneka bayi. Menurut The Beatles sendiri gambar itu adalah sebuah lelucon satri untuk Capitol Records dimana mereka mengartikan kompilasi berarti ‘memotong-motong’ lagu dari album mereka terdahulu. Tak lama kemudian album tersebut berganti kulit album. Kini album dengan gambar tukang potong daging tersebut menjadi koleksi langka yang tentunya para kolektor berani membayarnya dengan harga mahal. Tak lama setelah kontroversi cover, The Beatles kembali menjadi sorotan publik saat tour dunia mereka ke Filipina. Saat itu ibu negara Filipina, Imelda Marcos, mengundang The Beatles untuk sarapan bersama. Epstein menolak tawaran tersebut dengan sopan. Namun penolakan tersebut dianggap hinaan bagi rejim Marcos. Terjadilah kericuhan yang membahayakan mereka, walau akhirnya mereka dapat lolos keluar dari negeri itu dengan berbagai kesulitan.
Tak lama sekembalinya mereka, lagi-lagi sebuah kisah kontroversi terjadi. Kelompok agama dan sosial yang konservatif di US mengkritik mereka akibat komentar Lennon saat diwawancarai reporter Inggris Maureen Cleave mengatakan bahwa Kristiani sedang sekarat dan The Beatles lebih populer daripada Yesus. Berita ini kemudian muncul di majalah remaja US Datebook. The Beatles kemudian dilarang di bebereapa tempat. Afrika Selatan bahkan melarang pemutaran lagu The Beatles  hingga akhirnya diizinkan kembali di tahun 1971. Epstein balas mengkritik Datebookdengan menyatakan bahwa tulisan mereka tidak sesuai dengan konteks wawancara saat itu. Lennon menyatakan bahwa saat itu ia menunjuk bagaimana orang-orang begitu mengelu-elukan mereka, sama seperti orang-orang menyukai televisi, dan dalam hal ini, seperti hal nya Televisi, The Beatles lebih populer dari Yesus. Pada akhirnya, Lennon pun meminta maaf kepada publik.
Terlepas dari kontroversi yang berkelanjutan tersebut, The Beatles kembali merilis sebuah album fenomenal lain pada bulan Agustus 1966. Album berjudul “Revolver” kembali mendapat pujian dari berbagai media. Salah satu komentar bahwa di album ini The Beatles kembali mengalami peningkatan kualitas dari album sebelumnya. The Beatles kembali dipuji atas berbagai eksperimen sound dan inovasi original pada materi lagu-lagu mereka. Perhatikan lagu “Tomorrow never knows “ yang berisi berbagai sound-sound yang terdengar aneh namun begitu menyatu dengan tema lagu mereka. Simak pula megahnya orkestrasi di lagu Eleanor Rigby yang begitu mendukung cerita satir lagu itu. Album ini juga dianggap sebagai salah satu momentum yang memperkuat perubahan musik mereka ke arah folk rock.
The Beatles mengambil sebuah keputusan brilian yang sangat mempengaruhi peningkatan kualitas berkali-kali lipat pada album mereka selanjutnya. Mereka memutuskan untuk tidak lagi melakukan tour, dengan kompensasi mereka memfokuskan diri pada rekaman studio. Berbagai hal mendasari keputusan ini, dari bosan melakukan konser, tidak dapat mendengarkan sound mereka disaat konser karena selalu tertutup dengan teriakan fans, hingga berbagai kasus kontroversi yang menerpa mereka. Konser komersil terakhir The Beatles terjadi di Candlestick San Franssisco pada 26 Agustus 1966.
Berbagai spekulasi dikeluarkan oleh media terkait keputusan tersebut. Segala opini dijawab The Beatles dengan keluarnya single “Penny Lane/ Strawberry Fields Forever” di bulan Februari 1967. Single tersebut dinyatakan sebagai single yang paling berkualitas dari single-single terdahulu. Dua lagu tersebut menandai era baru musik The Beatles.
Tak lama setelahnya, tepatnya pada bulan Juni 1967, keluarlah jawaban The Beatles atas keputusan brilian mereka untuk fokus pada rekaman. Album bertajuk “Sgt. Pepper Lonely Heart Club Band’ yang begitu fenomenal menandai puncak kualitas bermusik The Beatles. Majalah Rolling Stones menempatkan album Sgt. Pepper di urutan pertama di edisi 500 Greatest Albums of All Time. Album yang sangat konseptual ini menandai revolusi baru dalam sejarah musik rock yang dahulu ditandai oleh fenomena Elvis Perseley pada tahun 1956, dan fenomena Beatlemania tahun 1963.
Materi album Sgt. Pepper dipenuhi dengan berbagai eksperimen inovatif yang menandai begitu kompleks nya musik The Beatles. The Beatles kembali melakukan perombakan besar-besaran pada standar musik yang pernah ada, sehingga membuka berbagai inovasi lain yang dapat dilakukan orang-orang dalam bermusik. Semua lagu dalam album ini adalah masterpiece. Simaklah lagu memorial Lennon “A Day in the Life” yang berisi beragam sampling suara. Lirik lagu mereka semakin dalam dan puitis dengan aneka ragam tema cerita. Orang-orang pun mulai mempelajari lirik lagu mereka layaknya sebuah karya sastra yang membuka banyak interpretasi. “Lucy In The Sky With Diamonds” adalah lagu dengan lirik yang mengundang beragam interpretasi. Berbagai dugaan mengkaitkan lagu tersebut dipengaruhi narkotika, sesuai dengan judulnya yang bila disingkat akan menghasilkan “LSD”, salah satu produk narkotika yang kerap dikonsumsi para Beatle. Tak hanya di materi lagu, desain kulit album dan penampilan personil The Beatles juga mengalami perubahan yang menandai kedewasaan mereka. Secara umum, berbagai hal, bahkan hal yang begitu detail, dalam album ini mendapat sorotan dan pujian.
Pada25 Juni, The Beatles kembali mengeluarkan single barunya, “All You Need is Love” yang menjadi lagu kebangsaan gerakan generasi bunga saat itu. Single tersebut disiarkan secara global pada Our World (International TV Special), sebuah tv jaringan pertama. Beberapa bulan kemudan, mereka pergi kepada Maharishi Mahesh Yogi di Bangor untuk melakukan meditasi transen karena mereka merasa kondisi psikologis mereka kurang baik saat itu. Ditengah proses, datanglah sebuah kabar yang sangat buruk. Manajer mereka Brian Epstein ditemukan tidak bernyawa akibat overdosis. Emosi Epstein yang rapuh saat itu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti misalnya ketakutannya The Beatles tidak akan memperpanjang kontrak dengannya dan berbagai masalah bisnis lainnya. Kematian Epstein jugalah yang dipercaya membuat The Beatles kehilangan kendali seorang pemimpin, yang kemudian membuat mereka tak kuasa meredam konflik antar personil.
Kematian Epstein sangat memukul hati mereka. Walau dalam keadaan tertekan, mereka tetap memproduksi proyek film berikutnya. Film berjudul “Magical Mistery Tour”  yang mereka sutradarai sendiri, yang kemudian diputar pada menjelang Natal Desember 1967. Berbeda dengan film nya yang mendapat banyak kritikan pedas,soundtrack film ini mendapat tanggapan positif karena kualitasnya yang sebanding dengan album sebelumnya. Di Inggris, soundtrack ini dirilis sebagai EP berisikan 6 lagu yang dirilis awal Desember. Sedangkan di Amerika, soundtrack ini dirilis sebagai LP ditambah 5 lagu dari single-single mereka sebelumnya. Sebulan kemudian yaitu Januari 1968, The Beatles tampil sebagai cameo di produksi film animasi “Yellow Submarine”. Film ini kemudian dirilis pada bulan Juni 1968. Soundtrack-nya sendiri dirilis 7 bulan berikutnya.
Masih dalam keadaan penuh tekanan, The Beatles kembali ke Maharishi untuk melanjutkan meditasi-nya. Namun proses tersebut tidak bertahan lama, satu persatu mereka kembali. Harrison yang paling lama tinggal disana. Lennon sendiri meninggalkan Maharishi karena dia mendapat kabar bahwa Maharishi bermaksud me manipulasi band mereka, dan Lennon mengetahui Maharishi melakukan pelecehan sexual kepada muridnya. Namun dalam proses tersebut, The Beatles banyak mendapat inspirasi lagu untuk album berikutnya.
Sekembalinya The Beatles dari meditasi, mereka menggarap proyek album yang kemudian dirilis sebagai double album. Album yang dikenal sebagai “White Album” itu mempunyai sampul cover yang sederhana, secara umum berwarna putih, yang didedikasikan untuk Epstein. Album ini adalah album pertama yang dirilis di label Apple Records, label yang dibentuk The Beatles untuk mewujudkan impian Epstein. Dari proses rekaman album ini mulai terlihat perpecahan dalam diri The Beatles. Ketidak disiplinan Starr yang sering meninggalkan proses produksi. Lennon yang saat itu tengah berpacaran dengan Yoko Ono, seorang artis avant-garde dari Jepang, yang mana ia selalu membawa Ono ke studio ditentang oleh anggota Beatles lainnya, karena dianggap memecah konsentrasi. Lennon sendiri mulai mengkritik McCartney dengan mengatakan beberapa lagunya sperto Ob-La-Di, Ob-La-Da terdengar seperti musik tua. Album ini kemudian dirilis pada bulan November 1968 dan mendapat kritikan yang beragam. Beberapa menganggap kualitas album ini tidak sebanding dengan dua album sebelumnya. Di album ini, Lennon dan McCartney tidak menunjukkan peningkatan kualitas di lagu-lagu mereka, namun tidak demikian dengan Harrison yang mendapat banyak pujian atas beberapa lagu nya. Di album ini, musik The Beatles tidak nampak menyatu sebagai band seperti musik mereka di album terdahulu, namun lebih menonjolkan karakter masing-masing personil.
Di awal 1969, soundtrack “Yellow Submarine” dirilis. Album ini berisi 4 track lagu baru, beberapa lagu dari single terdahulu, serta 7 lagu instrumental komposisi George Martin. Di album ini, Harrison kembali mendapat pujian untuk komposisi “It’s All Too Much” dan “Only A Northern Song” yang semakin mengukuhkan diri nya sebagai pencipta lagu berkualitas.
DUA ALBUM TERAKHIR… DAN BERAKHIRLAH SUDAH
Dua album terakhir dirilis The Beatles dirilis akhir Tahun 1965 dan pertengahan 1970, yaitu “Abbey Road” dan “Let It Be”.  Walaupun “Let It Be” adalah album terakhir yang dirilis The Beatles, namun materinya direkam sebelum “Abbey Road”. Pada awalnya The Beatles memang akan merilis “Let It Be”, namun karena tidak menyukai hasil rekamannya, mereka memutuskan menunda album tersebut. Pada awalnya, judul album ini bukanlah “Let It Be”, melainkan “Get Back”. Ide konsep album ini berawal dari McCartney yang ingin kembali membuat album live. Ia merasa The Beatles terlalu berfokus pada studio dan berbagai eksperimen musik sehingga mengurangi sense mereka sebagai sebuah band. Saat itu hubungan antar anggota sedang buruk-buruknya. Perseteruan tampak diantara duo komponis utama Lennon-McCartney. Harrison pergi selama satu minggu, dan sekembalinya dia membawa seorang teman Billy Preston yang nantinya mengisi keyeboard pada lagu “Get Back”. Pilihan lokasi konser cenderung kontroversial yaitu di atap gedung Apple Corps, 3 Savile Row, London. Akhirnya mereka mengadakan konser terakhir tersebut pada tanggal 30 January 1969. Konser tersebut membuat penonton ramai baik yang memenuhi jalanan sekitar Apple Corps, maupun penonton yang menaiki atap gedung lain terdekat, demi melihat idola mereka. Konser tersebut berakhir setelah polisi menghentikan mereka karena suara nya yang mengganggu. Beberapa materi lainnya direkam di studio Abbey Road EMI.
Beberapa waktu setelah rekaman tersebut kembali terjadi perseteruan diantara personil The Beatles. Kali ini masalah bisnis, yaitu pemilihan manajer. Lennon, Harrison, dan Starr memilih Allen Klien, seorang bisnisman yang telah membawa kontrak band The Rolling Stones dan band UK lainny selama British Invasion. McCartney sendirian lebih memilih John Eastman, saudara istrinya Linda Eastman. Tidak adanya kesepakatan membuat keduanya dipilih menjalankan bisnis The Beatles.
Proses rekaman “Let It Be” yang penuh perseteruan membuat George Martin pesimis akan kelanjutan The Beatles. Ia menganggap proses “Let It Be” adalah yang terakhir untuk mereka semua. Ia terkejut ketika McCartney menghubunginya untuk kembali memproduksi album. Tanpa membuang waktu, mereka pun kembali masuk studio rekaman. Proses rekaman “Abbey Road” dimulai pada akhir Februari. Martin memberi ide konsep album dimana materi lagu per lagu diputar sambung menyambung (medley). Lennon menolak ide tersebut dan menawarkan bahwa lagu miliknya dan lagu milik McCartney dipisah di dua sisi (side). Akhirnya konsep kompromis album tersebut adalah satu sisi memuat lagu-lagu ciptaan personal, sisi lainnya memakai konsep medley, yang kemudian dikenal sebagai “Abbey Road Medley”. Pada saat proses rekaman, Lennon merilis single solo, diluar The Beatles, berjudul “Give Peace a Chance”, bersama Plastic Ono Band. Semementara rekaman “Abbey Road” diakhiri dengan lagu “I Want You (She’s So Heavy)” pada 20 Agustus 1969, yang adalah saat terakhir keempat Beatles bersama di dalam studio. Lennon memutuskan keluar dari band pada 20 September, tapi mereka tidak mempublikasikannya sampai berbagai hal menyangkut perjanjian kerjasama diselesaikan. “Abbey Road” terjual 4 juta copy dalam 2 bulan. Album ini menampilkan masterpice dari Harrison yaitu “Something”, dimana harmony dan melody dalam lagu itu mendapat banyak pujian. Secara umum, album ini mendapat pujian positif.
Kembali ke proses rekaman panjang “Let It Be” yang akhirnya selesai pada January 1970 saat merekam lagu Harrison “I Me Mine”. Materi album kemudian di berikan kepada Phil Spector untuk di final kan. Spector adalah seorang produser dari US yang pada waktu itu juga memproduseri single Lennon, “Instant Karma”. Spector memasukkan komposisi orkestranya dalam lagu McCartney “The Long and Winding Road”. McCartney tidak menyukai hasil dari Spector, namun terlambat untuk merivisi karena “Let It Be” telah terlanjur rilis pada 8 Mei 1970. Film dokumenter “Let It Be” dirilis tak lama setelahnya. Album terkahir The Beatles ini adalah album yang paling banyak mendapat kritikan negatif dari media.
McCartney akhirnya memutuskan keluar dari The Beatles dan mengumumkannya tanggal 10 April 1970. Pengumuman ini ia nyatakan dalam pers released untuk album solo nya. Konflik berlanjut saat rilis debut album solo McCartney yang berbarengan dengan “Let It Be”. Personel meminta McCartney untuk menuda rilis albumnya, namun ia menolak karena kekecewaannya pada hasil Spektor pada lagu “The Long and Winding Road” ciptaannya. Setelah itu… The Beatles akhirnya bubar.
LALU SETELAH ITU…
Setelah bubar, para mantan personel The Beatles tetap bermusik dengan proyek pribadi masing-masing. Terkadang satu personel ikut terlibat dalam proyek personel lain. Dalam proyek-proyek pribadi mereka, terlihat berbagai karakter bermusik asli masing-masing personel. Lennon sebagai musisi dengan berbagai lagu rock dan balada berlirikkan propaganda damai dan anti perang. McCartney dengan Pop manisnya. Harrison dengan lagu “kebatinan” yang selalu dibalut influens musik India. Starr dengan rock easy listening-nya. Dari semuanya, Lennon lah yang paling produktif menghasilkan lagu legendaris seperti “Imagine”, “Give Peace a Chance”, “Mother”, dan lain-lain. McCartney mengalami puncak jaya paska The Beatles saat ia mendirikan band Wings, walau sebenarnya tidak menyamai prestasi Lennon. Ada berbagai rumor beredar mengenai reuni The Beatles. Rumor itu akhirnya terpatahkan dengan kabar duka tertembak mati-nya John Lennon pada 8 Desember 1980 di New York. Lennon dibunuh oleh fans nya bernama Mark David Chapman. Pada 29 November 2001, kabar duka kembali terdengar, George Harrison menyusul Lennon. Kematiannya disebabkan kanker paru-paru.
Karya The Beatles terus di gandakan, diedit ulang, di kumpulkan, diolah kembali, dan ditemukan. Tiga personel The Beatles McCartney, Harrison, dan Starr, di tahun 1994 sempat bereuni dalam menjalankan proyek “Anthology”. Saat itu Lennon diwakili oleh mantan istrinya Yoko Ono. Proyek “Anthology” adalah beberapa dokumentasi baik saat mereka rekaman maupun latihan, lagu-lagu yang belum pernah dirilis, maupun berbagai percakapan terkait mereka tergabung dalam sebuah band paling fenomenal sepanjang sejarah, The Beatles.
Dirangkum dari berbagai sumber online:
http://www.thebeatles.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/
http://www.beatlesagain.com/
http://allmusic.com/
http://www.thebeatles.org/
http://www.aboutthebeatles.com/
http://beatlesite.blogspot.com/
http://www.iamthebeatles.com/